Selasa, 13 Juli 2010

WAKTU (Wakaf Seratus Ribu)

Program WAKTU
Wakaf Seratus Ribu

Ba'da Tahmid wa Salam...
                    Dalam Surat Ali Imran ayat 92 Allah Ta’ala berfirman, “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan yang sesungguhnya sampai kamu sedekahkan harta yang kamu cintai.” Kata yang digunakan dalam ayat ini adalah birr yang berarti perbuatan bajik dan benar. Dalam ayat yang lain Allah Ta’ala juga memerintahkan hambanya untuk saling tolong menolong dalam dua hal yaitu birr  dan taqwa.  Jadi, berbuat bajik disejajarkan dengan ketaqwaan. Dari ayat sebelumnya kita diberitahu bahwa kesempurnaan kebajikan dapat diperoleh melalui sedekah atas harta yang kita cintai. 

                      Ketika ayat tersebut turun para Sahabat Nabi, seperti Abu Thalhah r.a dan Umar Ibn Khattab r.a, secara spontan segera mewujudkannya dengan mewakafkan kebun kurma masing-masing.  Inilah awal dari sunnah yang kemudian diikuti oleh kaum Muslimin untuk bersedekah dengan tujuan jangka panjang, dalam bentuk wakaf.  Dalam pengajarannya kepada Umar Ibn Khattab ketika hendak mewakafkan perkebunannya  Rasulullah SAW mengumpamakan wakaf ini sebagai “membudidayakan  pohon, dan memanfaatkan buahnya”.  

Dibandingkan dengan sedekah biasa, yaitu sedekah “konsumtif” artinya sedekah yang langsung dipakai untuk keperluan sesaaat, nilai wakaf atau sedekah jariah jauh lebih tinggi, karena pemanfaatannya yang bisa terus-menerus. Kita sekarang ini menyebutnya sebagai wakaf  produktif, meskipun sesungguhnya semua wakaf pada dasarnya haruslah produktif.

                       Sedangkan atas sedekah biasa saja, yang sifatnya konsumtif pun,  Allah Ta’ala telah menjanjikan tujuh ratus kali lipat balasannya.  Apalagi untuk sedekah jariah yang memberikan pahala abadi?
Secara kongkrit manfaat yang dapat kita petik dari wakaf jelas lebih besar lagi. Sebab, saat ini kita hidup dalam masa yang sulit, karena segalanya telah dikomodifikasi, semuanya bukan saja telah  menjadi komoditi tetapi juga komoditi yang harus dibeli dengan mahal. Bentuk-bentuk pelayanan umat yang semula merupakan sedekah jariah itu sendiri, seperti mengajari ilmu, menolong orang sakit, menularkan berbagai ketrampilan hidup, penyediaan jalan umum, sarana pasar, dsb, telah diperjualbelikan dengan tidak murah. Akibatnya  bukan cuma kaum dhuafa, kaum papa dan miskin, yang merasakan kehidupan yang semakin sulit. Kesulitan hidup dialami semua orang termasuk mereka yang sebenarnya tergolong mampu dan kaya, yang pada gilirannya menimbulkan penyakit bakhil dan kikir, hingga semakin sedikit pula orang yang rela bersedekah.

                   Di situlah kita dapat memahami betapa jauh lebih afdolnya bila harta yang hendak Anda sedekahkan diniatkan dan diwujudkan sebagai wakaf.  Dampak dan manfaat yang akan diberikannya akan jauh lebih besar, lebih luas, dan lebih lestari.  Sedekah yang kalau diberikan secara sendiri-sendiri  bernilai relatif kecil, dan kurang berdampak signifikan, akan menjadi jauh lebih bermakna bila dikumpulkan secara bergotong-royong, untuk membangun sebuah aset produktif. Harta wakaf akan mengurangi tingkat komersialisasi layanan umum di atas.

                  Dalam hadits yang lain  Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasalam (SAW) menerangkan kriteria lain bagi  sedekah yang terbaik, yaitu sedekah  yang diberikan ketika seseorang dalam keadaan sehat dan masih muda. Bersedekah jangan ditunda-tunda, menunggu tua, atau bahkan sampai ketika kita menjelang ajal dan baru berwasiat untuk  bersedekah.  Sebab, harta yang ada di tangan  seseorang yang telah tua apalagi  menjelang ajalnya tiba, pada dasarnya akan segera  menjadi milik pra ahli waris. Karena itulah, dengan tujuan kemuliaannya, Rasulullah SAW membatasi sedekah wasiat  maksimal adalah sepertiga dari total harta yang dimiliki seseorang.

                       Maka, berwakaflah selagi Anda masih muda, sebab justru sedekah di waktu muda itulah yang akan menjadi tabungan hari tua kita. Dan, bila sedekah itu berupa wakaf, maka tabungan itu bukan cuma tabungan di dunia, melainkan juga di akherat kelak. Manfaat wakaf adalah lestari bagi mereka yang masih hidup di dunia, dan pahalanya abadi bagi para wakifnya, meski mereka telah meninggal dunia.

                    Pesan Rasulullah SAW itu juga bermakna bahwa untuk mencapai kebajikan yang sesungguhnya, yakni melalui sedekah jariah,   tak perlu menunggu kita memiliki harta  banyak. Sekali lagi, birr bernilai sejajar dengan taqwa, artinya  yang paling bernilai  dari  tindakan bersedekah adalah perwujudan dari ketaqwaan kita kepada Allah Ta’ala. Justru bukan soal besar atau kecilnya harta yang kita sedekahkan.

Ayo ber-Wakaf ke LAZISa




Lokasi tanah dan pembangunan madrasah. Cipadu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari Berbagi

Assalamu'alaikum Warohmatullohi Wabarokatuh

MARI BERBAGI

Semoga, segala Puji bagi Allah..Rabb yang telah memberkati segala aktivitas kita, Rabb yang telah memberikan segala karunia Iman, Islam dan Kenikmatan berupa Rizki yang melimpah..dengan Dia-lah kita bisa berkarya, karena Dia-lah kita bisa saling berbagi. Selawat dan salam untuk Rasululloh SAW, Tauladan kita, apa yang kita tahu dengan segala prilaku kebaikannya, prilaku saling mencintai antar sesama, prilaku saling berbagi dengan yang papa...ini merupakan contoh buat kita untuk terus berbagi dan terus berkarya sehingga masyarakat papa bisa sama menikmati indahnya dunia ini...



Ayo kita Berbagi



Semoga dengan informasi singkat dan sederhana ini dapat mengugah semuanya untuk saling Berbagi.



Wassalamu'alaikum Warohmatullohi wabarokatuh